Jumat, 16 Mei 2014

Mahasiswa Aktivis
@Komarudin Soleh 
(Ketua PK HIMA Persis STAI Persis Garut 2013-2014) 
Dalam kehidupan kampus, setidaknya terdapat tiga domain kelompok mahasiswa. Kelompok pertama, adalah kelompok mahasiswa puritan yang kehadirannya di kampus hanya fokus pada satu tujuan yaitu belajar, mengikuti perkuliahan, menimba ilmu pada jurusan yang menjadi pilihannya, dan secepatnya menyelesaikan studinya menjadi sarjana. Kelompok kedua, adalah kelompok mahasiswa intelektual yang selain menjalankan tugas belajar sesuai bidang studi yang dipilih, masih meluangkan waktu untuk memperkaya pengetahuan lain diluar bidang studinya, dan menuangkan gagasan-gagasan, pemikiran untuk perbaikan kehidupan masyarakat, umumnya mengikuti grup diskusi, mengurus pers kampus, atau aktif menulis di koran umum. Kelompok ketiga, adalah mahasiswa aktivis yang selain aktif mengikuti perkuliahan, melakukan studi diluar mata kuliah, mempelajari segala hal mengenai seluk beluk kehidupan kemasyarakatan untuk perluasan pengetahuan umumnya seperti mengenal kehidupan sosial politik dan kenegaraan, juga aktif melakukan gerakan aksi (tindakan nyata) untuk mengubah keadaan masyarakat dan Negara, umumnya aktif di organisasi kemahasiswaan baik di intra maupun ekstra kampus, melancarkan aksi gerakan massa yang berhadapan langsung dengan pemerintah atau lembaga-lembaga kenegaraan lain, dan banyak bersentuhan dengan berbagai aktivitas sosial di masyarakat.
             Bila menggunakan definisi yang lebih luwes, dimana yang dimaksud aktivis mahasiswa mencakup komunitas sosial yang menjalankan aktivitasnya dalam upaya berperan dalam proses politik kenegaraan di luar kelembagaan formal (Partai pilitik dan parlemen), atau sering disebut sebagai gerakan ekstra parlementer, maka sebenarnya peran aktivis sudah lama ada. Yakni, sejak masa kolonialisme, dan selalu hadir sesuai tantangan zamannya.
            Kehidupan kampus yang selama ini menjadi ajang pelatihan untuk mencetak kader-kader bangsa, terberangus semenjak lahirnya kebijakan Menteri Pendidikan Daoed Joesoep melalui normalisasi, kehidupan kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK), mulai diterapkan secara resmi melalui surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (P dan K) nomor 01/V/1978 tanggal 19 April 1978. Tujuannya adalah sebagai bagian integral dari upaya depotisasi kampus, serta meredam aktivitas politik mahasiswa secara umum.
            Lembaga-lembaga kemahasisaan seperti Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), Dewan Mahasiswa (DM), Sent Mahasiswa (SM), dibubarkan dan dilarang hidup di kampus oleh kaskopkamtib laksamana Soedomo. Sehingga menjadikan aktivis gerakan mahasiswa lumpuh total. Hal ini yang menjadi musibah besar sebagai bangsa, menjadi berat bagi generasi gerakan mahasiswa 1980-an yang beraktivitas di bawah bayang-bayang pengawasan aparat yang ketat. Sebagai alternatif, guna menyalurkan aspirasi, kreativitas, dan komunukasi antar mahasiswa, maka pers mahasiwa menjadi alternatif yang sangat menolong. Maka periode tersebut marak berkembang pers mahasiswa.
Sumber: (Gerakan Mahasiswa)

Jumat, 09 Mei 2014

Alkisah Muhammad Saw Seorang Pebisnis


Apabila kita menjejaki sirah Nabi Muhammad saw dari sisi yang berbeda, sekaligus memupus keraguan terhadap kebrilianan beliau dalam berbagai bidang, kita akan mendapati bahwa pribadi Nabi adalah seorang entrepreneur sejati.
Entrepreneurship tidak sekedar dapat atau mampu mendirikan usaha. Namun, lebih jauh adalah sikap profesional untuk menjalankan suatu usaha. Oleh karena itu, entrepreneurship secara luas bukan hanya diperlukan oleh para pengusaha, melainkan juga oleh karyawan. Beruntung prinsip-prinsip entrepreneurship ini telah pula diajarkan Nabi sebagai warisan sangat berharga bagi umatnya.
Sembilan dari sepuluh rezeki itu terdapat dalam usaha berdagang
dan sepersepuluhnya dalam usaha beternak. (HR. Ibnu Mansyuru)
Islam bukanlah agama yang menafikan keinginan manusia untuk kaya dan memiliki harta. Namun, Islam menekankan bahwa kekayaan harus dikelola dengan penuh kehati-hatian agar tidak jatuh pada keharaman atau  kemudharatan yang dibenci Allah Swt. Karena itu, Islam juga membentangkan prinsip-prinsip ekonomi yang melatari kegiatan-kegiatan untuk mecapai kekayaan dan kemakmuran.
Allah Swt menggariskan bahwa seorang Muslim harus berusah menemukan rezekinya. Allah menyenangi muslim yang gigih menemukan rezekinya dan mau berpayah-payah untuk itu.
Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya sesuai dengan kegiatan
dan kemauan keras serta ambisinya. (HR ath-Thusi)
Lalu, apa hubungan perniagaan atau bisnis dengan sosok mulia bernama Muhammad saw? Hal ini adalah sesuatu yang menarik dan perlu diungkapkan kepada kaum Muslim. Dalam usianya selama 63 tahun, Nabi Muhammad saw menghabiskan masa sebagai pebisnis lebih kurang 25 tahun. Adapun masa kerasulan beliau sendiri hanya selama 23 tahun. Dengan demikian, beliau lebih lama melakoni diri sebagai pebisnis yang dimulai pada usia 12 tahun dan pada usia 17 tahun sudah mulai mandiri.

Karena itu, Muhammad saw jauh sebelum diangkat menjadi rasul telah ditempa lebih dahulu sebagai seorang entrepreneur. Kemandirian yang terbentuk tidak lepas dari sejarah hidup beliau yang lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya, Abdullah bin Abdul Muththalib wafat sebelum ia lahir. Ayahnya adalah anak dari seorang pemuka Quraisy, tetapi merupakan anak yang paling miskin meskipun ayahnya pun berprofesi sebagai pedagang. Alhasil, Muhammad kecil kala itu hanya mewarisi sedikit sekali harta dari ayahnya. Karena itu, Muhammad saw lahir dalam kepapaan.
“kegetiran terkadang melahirkan jiwa kepemimpinan yang baik”
Secara sadar atau tidak, kaum Muslim terkadang melupakan bahwa Nabi Muhammad saw adalah seorang businessman (pedagang) sukses pada masanya. Fenomena ini terjadi karena umumnya kita menyempitkan pribadi Rasul saw hanya sebagai pemimpin religious (keagamaan) belaka. Bahkan, kisah hidupnya yang lebih lengkap dipaparkan setelah beliau diangkat menjadi rasul. Padahal contoh-contoh yang ada pada diri Rasul saw itu begitu komprehensif dari mulai kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Sebelum diangkat menjadi rasul, Muhammad saw telah menunjukan pribadi yang menandakan ia akan menjadi manusia tersukses sepanjang sejarah.
Bagaimana Muhammad saw membangun entrepreneurship? Julukan al-amin kepada Muhammad saw tidak datang begitu saja tanpa beliau membangun kredibilitas dan kapabilitasnya sebagai pebisnis tangguh. Unsur utama yang mengandung julukan itu adalah  KEJUJURAN yang melahirkan KEPERCAYAAN banyak orang. Lalu, beberapa orang bijak pernah berkata: “Jika ingin menguji sahabat sejati, ajaklah ia berbisnis.”
Hakikat entrepreneurship yang diajarkan Muhammad saw. Pertama, kita perlu meyakini bahwa entrepreneurship adalah sebuah pemelajaran dan bukanlah bakat yang dibawa sejak lahir. Entrepreneurship yang dilatih dan dikembangkan dapat menjadi kapasitas kecerdasan yang mampu membantu kehidupan seseorang untuk mempertahankan hidup dan memperbaiki kualitas hidup. Inti dari entrepreneurship adalah kemandirian yang kemudian berubah menjadi kemampuan untuk berusaha atau menciptakan usaha.
Brilian Cara Nabi: Menjadi PENGUSAHA (entrepreneur) perlu dipahami sebagai vocation (pekerjaan atau karier) bukan option (pilihan). Berniaga atau berdagang adalah aktivitas utama para pengusaha yang di dalamnya terdapat jalan menuju kesuksesan. Hal keliru bahwa menjadi PENGUSAHA merupakan pilihan atau jalan keluar jika seseorang sudah:
1.      Tidak diterima melamar ke mana pun (menganggur);
2.      Tidak diterima menjadi pegawai negeri sipil;
3.      Tidak dapat melanjutkan sekolah;
4.      Tidak dapat mengandalkan ijazah.
Proses karier Muhammad saw ini bisa kita petakan ibarat menaiki sebuah menara yang mengerucut tahap demi tahap. Perhatikan urutan yang menunjukan fase pembangunan dan pengembangan diri seorang manusia. Usia 12 tahun adalah masa menumbuhkan minat dalam bidang entrepreneurship dengan pembiasaan dan pendidikan. Usia 17 tahun adalah masa memantapkan minat sesuai dengan cita-cita dan tujuan hidup yang jelas serta bersungguh-sungguh dalam pendidikan. Usia 20 tahun adalah masa membina keseriusan untuk berkarier dengan melakukan magang ataupun praktik langsung bekerja. Usia 25 tahun adalah masa menetapkan karier yang serius disalah satu bidang dan membina diri menjadi ahli dibidang tersebut atau menjadi yang terbaik. Usia 30 tahun adalah masa mengembangkan dan melejitkan karier sehingga seseorang memiliki waktu 20 tahun masa produktif untuk bisa memaksimalkan karyanya.
Sebagai tambahan, dapatlah saya petakan lima karakter entrepreneur yang dapat disebut sebagai karakter MACAN seperti berikut. 1. Mulai dari Diri Sendiri, 2. Ambil Resiko, 3. Ciptakan Impian, 4. Aksi Nyata, 5. Never Give Up!.

“Ada kemauan ada jalan, tidak ada kemauan banyak alasan”
(M. Iqbal Santoso)
Wallahu’alam bi al Shoab,



@komarudin soleh